Salam
Bahasa adalah anugrah Tuhan yang istimewa untuk manusia. Bahasa berkembang sejak kita masih dalam kandungan, dan kemampuan itu terus bertambah dari usia nol hingga seterusnya. Bagaimana perkembangan bahasa di usia batita?
Dalam newsletter ini Endah Widyawati, pendiri Sekolah Tetum Bunaya yang berlatar belakang linguistik, berbagi cerita tentang pengamatan terhadap perkembangan bahasa cucu keponakannya.
Tim Redaksi
Tet … Tet … Tet ….
Mengamati Perkembangan Bahasa Batita
Azizi (20 bulan) langsung menunjuk sadel motor, bila ayah bundanya akan bekerja. Itu artinya dia minta diajak berkeliling naik motor. Setelah berkeliling, kadang Azizi mau turun dari motor dan kadang dia menangis. Perlu bujukan Nenek agar dia terdiam. Apa bujukan Nenek? Mandi, salah satu kegiatan yang disukainya. Setelah mandi dan berpakaian rapi, biasanya Azizi berlari ke pagar. Dia menggoyang-goyang pintu pagar, agar dibukakan.
Saya mengamati perkembangan Azizi, terutama perkembangan bahasa, karena dia tinggal di depan rumah saya. Azizi adalah cucu kakak saya. Azizi dan saya “berteman dekat”, karena hampir setiap hari kami berkegiatan bersama, bila saya senggang dan Azizi kebetulan ada di depan rumah. Bila bertemu saya, dia mengatakan, “Tet … tet … tet ….” yang bisa berarti banyak hal. Bisa “Ayo pakai sandal,” atau “Ayo duduk di sini.”
Azizi mengalami perkembangan komprehensi yang baik. Komprehensi adalah elemen bahasa yang dikuasai anak sebelum dia bisa memproduksi bahasa. Azizi tidak mengeluarkan kata kecuali bunyi berulang [ma ma], [ta ta] dan [tet tet], namun dia terlihat memahami apa yang terjadi di sekelilingnya. Pandangan matanya komunikatif, begitu pula gerak tubuhnya.
Karena hanya memproduksi bunyi-bunyi, apakah Azizi lambat bicara? Saya pikir tidak. Secara teori, perkembangan komprehensi berkembang lebih pesat dibanding produksi karena pemerolehan komprehensi sudah berlangsung sejak bayi berusia tujuh bulan di kandungan. Dia mendengar suara ibunya melalui bunyi yang dialirkan lewat cairan.
Di masa awal kehidupan anak, perkembangan otaknya juga berproses. Untuk bisa memproduksi bahasa perlu kerja sama beberapa bagian di otak, jadi wajar bila di tahap awal perkembangan komprehensi lebih cepat daripada produksi bahasa.
Mungkin perkembangan bahasa batita Ayah Bunda seperti Azizi, mungkin berbeda. Setiap anak mempunyai perkembangan spesifik tergantung pada fisiologis tubuhnya dan masukan yang diperoleh dari sekelilingnya.
Tet tet tet tet ….
Foto: iStock)
Meningkatkan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa anak akan berkembang dengan bantuan dari orang-orang di sekelilingnya.
Ajak Bicara
Ajak batita berbicara seolah-olah dia sudah pandai berkomunikasi. Beri dia kesempatan merespon, lalu beri respon juga.
Bila dia menggunakan bunyi-bunyi, ulang dengan kata yang sesungguhnya.
Tingkatkan kosa kata
Perkaya kemampuan berbahasanya dengan mengajak batita bicara tentang berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menyiram tanaman (“Wah bunga kemuningnya sudah berkembang”), ketika makan (“Ini ada telur kecap”). Ajak dia mengingat apa yang sudah lewat “Tadi makan apa?”, juga apa yang akan dilakukan (“Mau ke mana?”).
Membacakan Buku
Bacaan akan membuat anak mendengar kata-kata dengan konteks berbeda, sehingga dia akan memahami makna dan fungsi kata lebih luas.
Kaitkan cerita/gambar dengan kehidupan anak, untuk lebih meningkatkan minatnya pada buku.
Redaksi
Jl. Timbul IVB/1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta 12630
081385054568
kbtetum@sekolahtetum.org
Tim Penulis
- Nurul Laily Al Arsyadhi
- Endah Widyawati
- Sri Ratna Sugiarti
- Asenih Arsyad
Edisi Berikutnya
Menanamkan Keteraturan
Pada edisi minggu depan kami akan berbagi tentang "Menanamkan Keteraturan". Bagaimana anak usia batita mengenal sebuah keteraturan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.